Mario dan Shinta

2010
"bul..bul..point!" teriak Dian kepada temannya bulan. Saat itu sedang ada kejuaraan bola basket tingkat provinsi Banten yang diselenggarakan oleh salah satu Universitas Swasta di sana. Permainanpun selesai dan akhirnya tim Dian kalah di pertandingan kedua di perempat final saat melawan SMANSA~fufufuufh~

Saat di parkiran salah satu SMP tempat Dian dan teman-teman satu club basketnya berlatih.
"Hai" Dian membaca sms yang masuk ke HP nya, 
dibalaslah olehnya "Hai juga, siapa ya?" 
"Mario :)"
"Mario? mario mana?" Dian penasaran
"Gue Mario yang sekolah di alaz, lo Dian kan?"
"Apaan tuh alaz? iya tau dari mana?"
"Al-Azhar Serang yang dibelakang Unitirta, iya taulah lo yang kemaren tanding basket lawan smansa kan?" Jelas Mario
(wow Al-Azhar pasti kece nih orangnya, luamayan hehhe)bincangnya dalam hati lalu melanjutkan membalas sms "Oh.. kok lo tau sih?"
"Iya taulah kan gue disana nonton"
"Oh ya? terus lo tau nama gue darimana?"
"Temen lo yang cowok"
Dian semakin penasaran "siapa nama temen gue nya? lo tanding juga kemaren?"
"Gak tau gue lupa siapa namanya, gue cuman minta nomor lo aja, gak disitu gue lagi temenin mantan gue yang lagi tanding juga pas lawan lo."
"Oooh mantan lo anak smansa, hem. lo ada FB?" (maklumlah saat itu FB sedang membooming dan baru ada beberapa yang sudah menggunakan Twitter)
"Iya, gue ga punya FB"
"kenapa? ga boleh bikin ya sama mantannya? hehehe" suasana mulai mencair, Dian semakin penasaran tapi ia sudah lumayan biasa saja.
"Iya.. hehhehhe" Jawab Mario

Singkat cerita, Dian dan Mario jadi semakin intens untuk saling mengirim pesan lewat SMS. Ternyata tak disangka dari seringnya mengirim SMS itu, Dian jadi tahu bahwa Mario itu adalah temannya Shinta. Shinta adalah teman satu tim basket Dian di SMA, ia beda 2 tingkat dibawah Dian, saat itu Dian kelas 3 dan Shinta kelas 1. Akhirnya mereka saling akrab karena Mario, karena Dian ingin mencari tahu lebih dalam mengenai Mario.

8 Agustus 2010 akhirnya Dian memantapkan hati untuk menerima Mario, selang beberapa minggu sehabis Mario mengirim pesan gambar (MMS) berupa foto wajahnya kepada Dian akhirnya merekapun memutuskan untuk menjadi kekasih walaupun Dian belum pernah melihat rupa dari Mario, ia hanya tahu bahwa Mario itu tampan dan kece, begitu istilah yang disebut untuk seseorang yang terlihat "cool" cool=keren, bukan dingin :p. Dian pun berhasil membujuk Mario untuk membuat Facebook, finally 2 hari sehabis mereka jadian, terpampanglah nama keduanya di bagian relationship kedua Facebook mereka. Heboh!! begitu saat Dian merubah hubungannya dan menaruh nama Mario pada Facebooknya "Yan.. ecieee siapa tuh Mario?pacar baru lo ya? ganteng loh eh"  "yan, kenalin geh pacar baru lo tuh" hemm logat orang serang tuh keluar...ZzzzZzzz -_-".

Ya memang Mario langsung mencantumkan foto profilnya di FB barunya dan memang tampan, manis, keren, berbedaaa. Tampang yang memang seperti anak orang kaya, tinggal di kota dan tidak norak pastinya terlebih lagi ia adalah mahasiswa hukum Universitas Indonesia, WOW!!! Gadis SMA mana yang tidak ingin berpacaran dengan anak kuliahan dan anak UI pula. Dian  pun semakin "kesemsem" dengan Mario. 

"lo kenal Mario dari  siapa ta?" tanya Dian kepada Shinta di sela-sela istirahat saat latihan basket di SMA.
"dari gua SMP, dia tuh sahabatnya cowok gua" jawab Shinta
"ooh.. lo kenal Mario dari cowok lo? liat dong foto cowok lo ta"
"nih.. namanya Edo" sambil mengeluarkan foto dari dompetnya.
wow... tidak kalah tampan dengan Mario, tapi Dian terheran-heran di dalam hatinya ia berkata "seorang Shinta dapetin Edo yang ganteng???" Ya.. Shinta bukanlah perempuan yang seperti kalian bayangkan, ia cantik tapi cara berpakaiannya benar-benar mirip seperti laki-laki, ya dia sangat tomboy, warna kulit yang sangat gelap dan seperti tidak pernah memakai bedak, pembersih muka, hand body, dll yaa tidak layaknay perempuan pada umumnyalah. Ia juga suka touring sepeda motor sampai luar pulau Jawa, berani sekali....
"Lo kook bisa jadian sama Edo?" *Plaaakkk, pertanyaan yang sangat poloss, Dian..Dian..*
"Ya bisalah, lu meragukan gua banget yan kayanya, hahah" Jawab Shinta dengan santai
"hahah, abisss aneh aja lo kan item, Edo tuh liat aja putih banget, charming, kok mau sama lo?" lagi, lagi Dian tidak mengayak ucapannya.
"sialan luuu!!! bislaah gua kenal dia waktu touring ke Medan, gua ngobrol-ngobrol aja sama dia eh dia suka sama gua yaudah jadianlah." begitu penjelasan Shinta
"si Mario ikut juga pas touring?"tanya Dian
" iyalah otomatis ikut"
Semakin hari mereka semakin akrab, sampai-sampai Dian menganggap Shinta sebagai adiknya sendiri layaknya adik kandung.

Sebulan.... dua bulan......
Dian dan Mario belum juga bertemu. Dian selalu meminta bertemu namun Mario selalu sibuk, sibuk mengurus perkuliahan dan sibuk untuk mengurus urusan di keluarganya ditambah lagi jarak rumah Mario dan Dian yang sangat jauh, Mario tinggal di cilegon dan dian tinggal di kabupaten Serang. Namun Dian seperti ada kekuatan yang teramat kuat untuk bertahan dengan Mario, sikap Mario yang selalu manis dan romantis membuat Dian semakin jatuh cinta, ia perhatian, perhatiannya ia tunjukkan dengan selalu meminta bantuan kepada Shinta, seperti selalu membawanya sarapan setiap pagi melalui Shinta, membelikannya beberapa barang setiap bulannya sampai pada merelakan mencari-cari kaset Harry Potter yang sudah langka demi menyenangkan Dian, ya begitulah Dian sangat menyukai film Harry Potter.

Selingkuh
4 bulan sudah mereka berpacaran namun Dian dan Mario belum juga berjumpa, sampai pada akhirnya mereka sering bertengkar hanya karena Dian selalu memaksa Mario untuk bertemu, namun apa daya mungkin karena cinta yang begitu luar biasa kpeada Mario tak bertemupun tak apa. Seketika Mario berteman dengan temannya Dian, sebut saja Risty, Mario dan Risty saling berteman di facebook, mereka sering saling berlempar komentar di status masing-masing. Wah Dian curiga Da dongs.. ya Dian semakin hari semkain curiga dengan mereka berdua "ada apa dengan mereka?" *Tsaaaah udah kaya lagu Peterpan yak, wokokokok. Akhirnya Risty pun mengakui dengan sendirinya bahwa Mario pernah "menembak"nya.  Seperti disambar geledek, ditampar kayu, dilempar ke jurang. Begitu hancur hati Dian mendengar pernyataan Risty, bukannya Mario yang Dian benci, ia malah membenci Risty, entah ada apa dengan pikiran Dian yang terlalu mempertahankan Mario, begitulah cinta "Love is blind" and that's true for Dian. Hubungan Dian dan Risty semakin parah, namun hubungan Dian dan Mario malah semakin merekat, Mario berhasil meyakinkan Dian dengan segala cara.

Bimbang
tetototototoo.. begitulah kira-kira bunyi suara HP berdering Dian bertanda ada pesan masuk. Oh ternyata itu dari Bulan.
"Mario itu anak skateboard kan?dia suka main di alun-alun kota Serang kan??" begitu SMS dari Bulan. Dian memang pernah bercerita kalau Rio panggilan akrab Mario sering berlatih skateboard di sana dan dari skateboard pula Rio untuk pertama kalinya mengenal Shinta. Shinta dan Rio sama-sama ikut kejuaraan skateboard se Banten di Pandeglang dan Shinta keluar menjadi juara pertama di kejuaraan tersebut.
"Iya bul, kenapa emang?" tanya Dian
"gue lagi di alun-alun nih sama sepupu gue lagi main basket aja disini terus gue tadi ketemu sama komunitas skateboard disini dan gue tanya sama mereka kenal sama Mario apa engga"
"terus mereka jawab apa?"
"katanya ga ada yang namanya Mario disini." jawab Bulan
"Hah?ga ada Mario?" ucap Dian dalam hati lalu ia semakin penasaran dengan berita Bulan "Coba deh lo tanya namanya Rio mungkin mereka kenalnya Rio atau Adit/Raditya?" Nama panjang Rio adalah Mario Raditya Arvidante Sebastian, biasa dipanggil oleh teman-teman SMA nya Adit.
Bulan cukup lama membalas SMS dari Dian, Dian semakin penasaran
"Bul.. gimana?mereka kenal ga?"
5 menit kemudian, Bulan membalas " Ga yan, mereka juga ga kenal sama yang namanya Adit, Rio, Radit gue juga penasaran yan, sumpah tapi gue tanya-tanya lagi ke mereka Rio yang juara 2 skateboard di Pandeglang tahun kemarin mereka tetep ga tau, katanya ga ada yang namanya Rio gitu yan" Papar Bulan dengan jelas.

Sehabis SMS-an dengan Bulan, Dian mulai bimbang sebenarnya Mario itu benar ada atau hanya khayalan? Akhirnya Dian bertanya langsung dengan Mario melalui SMS.
"yang.. tadi aku dapet sms dari Bulan, dia lagi di alun-alun Serang dan ada komunitas skateboard gitu lagi latihan, si Bulan nanya sama mereka kenal kamu apa engga, terus mereka jawab engga kenal. itu temen kamu bukan sih?"Tanya Dian dengan mendesak
20 menit kemudian Rio pun membalas SMS dari Dian
"si Bulan rajin banget yang nanya-nanya sama orang yang ga dikenal.. mereka bukan temen aku berarti, kita beda club" Rio menjawab
"ah masa sih? terus si Bulan juga tanya kamu yang pernah juara 2 skateboard di Pandeglang mereka juga ga tau yang masa -_-."
"sumpah deh yang berarti emang mereka ga ikutan yang gitu aja kamu pake nanya-nanya sih, kalau kamu ga percaya tanya aja sama Shinta, dia tau aku banget kok" Kata Rio
"Iya deh yang... maaf ya udah sempet ga percaya sama kamu :( kita kapan ketemuannya yang? ini kan udah 5 bulan"
"Tahun baru ya, abis aku selesai semsteran biar enak ketemuannya, nanti kita jalan-jalan ya sayang pas tahun baru nanti akku ke rumah kamu :*" begitu rayu Rio, Dian pun menjadi percaya lagi dengan Rio
"Tahun baru? hemm ga begitu lama lah 1 bulan lagi kok" Dian berusaha meyakinkan dan menguatkan diri

Rio adalah sosok yang sangat romantis, sedikit dewasa namun sering juga bersifat kekanak-kanakan. Memiliki banyak jurus jitu untuk membuat Dian yakin dengan keberadaannya, dimulai dengan kakak Rio yang suka SMS Dian layaknya untuk pendekatan terhadap calon adik ipar sampai mengirimkan bunga ke rumah Dian melalui layanan delivery si tukang bunga.

1 minggu kemudian sehabis Bulan yang SMS, ada SMS masuk juga dari Febri, teman sepermainan Dian saat di SMP dan di rumah namun kini mereka berbeda SMA. Ferbri adalah teman dekat Dian, sering sekali Dian bercerita banyak hal terhadapnya  termasuk mengenai Mario. Febri memberitahukan bahwa dia sempat bertanya tentang Mario terhadap temannya yang bersekolah di Al-Azhar, namun menurut pernyataan temannya Febri tidak ada yang namanya Mario di Al-Azhar kelas 3 saat tahun lalu, saat Mario masih di SMA. Wah begitu bergejolaknya perasaan Dian mendengar kabar tersebut, ada apa ini sebenarnya, bertubi-tubi kabar tentang keberadaan Mario yang meragukan. Dian semakin bimbang, namun ia meyakini bahwa Mario itu ada karena ia di FB nya terkadang ia mengupload foto kegiatannya di hari itu, seperti kunjungan ke Lapas ia berfoto dengan teman-temannya  dan polisi memakai baju batik dan banyak hal lainnya.

Tahun Baru
Heyyy ini hari terakhir di bulan desember lhooo.. it means? Dian akan berjumapa dengan Mario guys, finally waktu yang ditunggu-tunggu Dian datang juga. Hari itu Rio sedang di kampus  karena sedang ada tugas yang harus ia kerjakan bersama teman-temannya, dari Depok sekitar jam 5 sore Rio akan meluncur ke rumah Dian. Dian sudah mempersiapkan segalanya di rumah, ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga semuanya ia babat habis untuk dibersihkan demi menyambut kedatangan Rio, layaknya seorang istri yang mempersiapkan untuk menyambut kedatangan sang suami yang sudah lama tak pulang karena berlayar. Ia mulai membersihkan rumah dari pukul 11.00 WIB-18.30 WIB, semua sisi rumah ia bersihkan sampai dalam-dalamnya isi bufet yang berdebu.

Teng.....Jam dinding sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB
"kamu dimana sayang? sudah berangkatkah?"tanya Dian kepada Rio melalui telfon
"Udah yang tapi aku mau makan dulu yan sama temen-temen aku..nanti sekitar jam 5 sore deh aku baru berangkat ke rumah kamu"
"emang berapa orang yang temen-temnnya?" Suara gaduh terdengar di dalam mobil Rio
"sekitar 5 orang yang, yaudah ini aku udah mau sampe tempat makan, aku lagi nyetir nih yang... nanti aku kabarin kamu ya sayang kalau udah mau berangkat???"
"iyaaa abahku sayang, siap see youu :* "
"i love youu neng" Kata Rio
"i love you too" Jawab Dian manja.

Waktu semakin cepat berlalu, sekarang sudah menunjukkan pukul 17.45 WIB, Rio tak kunjung mengirim kabar, akhirnya Dian mengirim pesan kepada Rio "yang kamu udah berangkat belum sih? kok ga kasih kabar, ditungguin juga"
setengah jam kemudian ia membalas "aku udah di jalan nih sayang, sabar atuh ih"
"yaudah kamu hati-hati yaaa"
"siap neng"
3 jam kemudian Dian menghubungi Rio dengan menelefonnya namun tiba-tiba nomor Rio tidak aktfi, Dian pikir  batre HP Rio habis, tapi satu jam kemudian ia semakin cemas, cemas, cemas... puluhan kali ia menelfon namun tak kunjung aktif juga.
Pukul 22.15 WIB teng..teng..tenggg... bunyi SMS Dian "Wah Rio" Dian cemas namun senang
"ah ternyata Shinta :(" ia kecewa, dibukalah SMS dari Shinta
"Yan, lo dimana? Rio kecelakaan"
"ASTAGHFIRULLAHALADZIM RIOOOO" Dalam hati Dian lalu Dian mulai panik dan mengeluarkan air mata
"Hah? dimana ta?dimana? dia kecelakaan dimana? sekarang dimana?" Dian mendesak Shinta
"kecelakaan mobil, dia ditabrak gitu, sekarang di cipto lagi di UGD" jawab Shinta
"Hah cipto dimana?geu ga tau ta.. kok bisa? gue mau kesana itu dimana?"
1 jam setenapa jam kemudian gah Shinta tak kunjung membalas, Dian menelfon Shinta pun tidak Shinta angkat, akhirnya beberapa menit kemudian Shinta membalas
"itu Di jakarta, keluarganya lagi pada kesana gue lagi di rumah si Rio sama cowo gue, mamahnya Rio nangis terusss"
"Gue mau kesana taaaa..... besok temenin gue yak ta plisssss, ya ampuuun gue mau malem tahun baruan sama Rio tapi musibah malah dateng :(" Dian nangis dalam kamarnya
" Sabar ya nu, insyaallah tapi kayanya ga bisa gue ada acara keluarga"
Hopless banget Dian, Dian yang cupu tidak tahu Jakarta menjadi tidak bisa berkutik karena ia takut ke Jakarta sendirian, ia mengajak sahabat-sahabat yang lainnya pun tiencana dak bisa, mereka sudah punya rencana sendiri di hari pertama di tahun baru.

Singkat cerita akhirnya Dian gagal untuk bertemu Rio, 3 hari kemudian Rio menghubungi Dian dengan nomor kakaknya. Rio ternyata luka parah, kakinya kanannya tidak bisa jalan, menurut keterangan Rio ia ditabrak oleh mobil box dari sebelah kanan dan kakinya terjepit mobil box itu. Akhirnya Rio harus sering terapi untuk menyembuhkan kaki kanannya. Rio sangat sedih dan ia sempat meminta putus kepada Dian karena menurutnya Rio sudah tidak pantas untuk Dian, ia cacat dan ia frustasi. Namun Dian tidak mau begitu saja diputuskan akhirnya Dian berhasil meyakinkan Rio untuk tetap bertahan dan segala sesuatunya akan baik-baik saja, Dian ingin selalu ada disamping Rio saat ia sakit walaupun hanya sekedar telfon atau SMS. Disamping itu pupuslah harapan Dian untuk bertemu Rio dalam waktu dekat.

Jalan Buntu
3 bulan sehabis Rio kecelakaan kondisi Rio semakin membaik dan ia sudah bisa jalan walaupun masih memakai tongkat dan sudah bisa memaksa untuk menyetir mobil. Bulan april Rio dan Dian berjanjian untuk bertemu di sekolah Dian, namun malamnya sebelum bertemu ternyata Rio membatalkan pertemuan karena neneknya yang di Bali meninggal dunia dan ia bersama keluarganya harus kesana esok harinya. Batal, lagi lagi batal untuk bertemu. Tidak hanya itu saja, saat Dian mengajak Rio untuk menemaninya saat acara perpisahan sekolahnya, Rio menjanjikan hadir namun saat hari "H"nya Rio lagi-lagi tidak bisa hadir, kali ini alasannya karena mamahnya keguguran. Dalam hatinya yang paling dalam ia sangat kecewa, ia sempat marah dengan Rio namun ia berpikir lagi kalau ia tidak boleh egois akhirnya Dian pasrah dan terpaksa memaklumi. Di saat Rio menjanjikan untuk menemuinya di Dunia Fantasi Ancol, saat itu Dian dan Shinta beserta teman-teman OSIS SMAnya berlibur ke Ancol dan ternyata hari "H"nya Rio tiba-tiba hilang kontek dengan Dian dan baru mulai menghubungi Dian lagi saat Dian sudah jalan menuju pulang ke rumah. Semakin kesini semakin sulit untuk mengajak Rio bertemu padahal hubungan mereka sudah setengah tahun. Dian akhirnya lelah dengan hubungan yang ia jalankan, akhirnya  mereka sering bertengakr dan hubungan mereka sudah jauh dari kata harmonis dan romantis lagi.

Dian penasaran dengan keberadaan Mario, ia semakin tidak yakin dengan adanya Rio dalam dunia nyata. Pada akhirnya Dian meminta bantuan Shinta untuk mengantarnya ke rumah Rio di Cilegon, Shinta pun menyanggupi. Pada hari jumat mereka jadi berangkat ke rumah keluarganya Rio dengan motor Shinta dan pada hari sabtunya Shinta pun mengantar Dian ke rumah keluarganya Rio yang di Serang dan WOW layaknya istana, kedua rumah keluarga Rio sangat mewah dan megah "Oh ternyata Rio beneran ada ya.."bicaranya dalam hati. Tapi sayangnya saat itu Rio sedang ada di kampung halamannya di Sumedang.

Pikiran Semakin Terbuka
"lo harus pikir-pikir lagi lo udah 6 bulan lebih pacaran tapi dia ga pernah ada, lo ngabis-ngabisin waktu setiap hari buat galauin dia tapi dia ga pernah berusaha buat nemuin lo, kalau cowok yang baik-baik dan dia beneran ada seengganya dia bakalan nemuin lo di waktu luang, sekalipun dia sibuk pasti adalah perasaan-perasaan dia yang pengen banget ketemu lo, lo harus pikirin itu. mau sampe kapan lo bertahan sama orang yang ga pasti ada apa engga, gue takut lo dibohongin yan" Begitu kata Bulan
Pikiran Dian semakin terbuka, ia mulai berpikir realitas dan tidak berkhayal lagi untuk menuio datang menemuinya. Tapi entah kenapa Dian tidak berani untuk memutuskan sesuatu.

Antara Shinta dan Mario
Banyak sekali hal yang mengganjal dalam pikiran Dian tentang hubungan Shinta dan Mario. Pertama, Shinta sering main ke rumah Rio saat malam minggu bersama Edo kekasihnya namun Shinta tidak pernah mengajak Dian untuk kesana padahal Shinta tahu betul bahwa Dian ingin sekali bertemu dengan Rio. Kedua, bercandaan Shinta dan Rio sangat mirip, Rio membicarakan lelucon saat di telfon dan keesokan harinya Shinta selalu menceritakan lelucon yang sama. Ketiga, Shinta dan Rio selalu memiliki kejadian yang sama, mamah Rio naik haji dan mamah Shinta pun naik haji dan  kedua orang tua mereka melakukan "walimatul safar" di hari yang sama namun di rumah masing-masing tentunya. Keempat, Rio terkadang suka berbohong tentang identitas kakaknya, terkadang ia bilang kakaknya bernama blablabla tapi beberapa kemudian saat Dian tidak sengaja untuk bertanya tentang kakaknya ia menyebutkan nama yang berbeda. Kelima, disaat Dian dan Shinta ke rumah Rio yang di Cilegon disaat itu pula tiba-tiba Rio tidak membalas SMS Dian tapi saat Dian dan Shinta bertukar posisi jadi Dian yang menyetir motor barulah Mario mengirim SMS kepada Dian, disaat Dian sedang bersama Shinta disaat itu pula Mario tidak pernah menelefon Dian dengan berbagai alasan. Keenam, Rio selalu tahu disaat Dian sedang mengobrol dengan mantannya Rio selalu tahu dan Rio tidak pernah mengaku bahwa mata-matanya adalah Shinta. Ketujuh, selain Risty, Rio pun pernah berselingkuh dengan adik kelas Dian bernama Ulfah dan saat Dian menghampiri Ulfah untuk meminta konfirmasi terkait hubungan Ulfah dan Rio, Rio pun tahu dan disaatitu pula Shinta ada dan Shinta langsung ijin pulang ke rumahnya padahal saat itu jam sekolah masih 2 jam lagi selesai, seperti yang ketakutan.

Dian ingat betul, saat dia dan teman-temannya berlibur ke Ancol dan Rio menjanjikan datang dan ternyata dia tidak menepati janjinya, Dian begitu sedih, ia menangis sepanjang perjalanan pulang dan saat itu Dian memang satu seat dengan Shinta di bus. Ketika Dian sedang tertidur ternyata Shinta memagang tangan Dian dengan erat, Dian sadar dan terbangun lalu ia melepas genggaman tangan Shinta namun Shinta berusaha untuk menggenggam tangan Dian lagi tapi Dian langsung menghindar.

FINALLY!!!
Semakin hari semakin terbuka mata hati dan pikiran Dian tentang keberadaan Mario dan kejanggalan sikap Shinta. Di tengah kegalauan Dian memikirkan keberadaan Mario kahirnya Dian memutuskan untuk berpisah dan tidak lagi menjadi kekasih Rio, menyesal? iya Dian menyesal karena telah memutuskan pria nan tampan, kaya, mandiri dan dari keluarga yang berada pula namun sayang mungkin Dian selama ini hanya termakan oleh khayalan-khayalannya yang kebutulan khayalannya tersebut hadir dalam hidupnya yang nyata namun tetap hanya khayalan. Akhirnya ia selalu update di facebook mengenai perasaannya dan tiba-tiba ia teringat mantannya Rio yang selalu Rio ceritakan dan sering membuat Dian cemburu, sebut saja mantannya Rio itu Kresentia, akhirnya ia penasaran dengan Kresentia "apa Kresentia pernah ketemu sama Rio ya?"tanyanya dalam hati. Akhirnya Dian memberanikan diri untuk mengirim pesan kepada Kresentia.
"hi, gue Dian, lo mantannya Mario Raditya Arvidante Sebastian kan?"
1 hari kemudian dia membalasnya " Iya, lo kenal Rio dari mana?"
"panjang deh ceritanya, boleh nanya sesuatu?"
"iya boleh"
"lo pernah ketemu Rio selama pacaran?"
"engga, Mario kan ga ada."
"Maksudnya Mario ga ada?"
"Mario yang lo pacarin itu orang lain" tegas Kresentia
Dian semakin penasaran, lalu dia ingat ada kejanggalan antara Mario dan Shinta lalu ia menanyakan hal itu.
"lo tau Shinta temennya Mario ga?"
"Iya gue tau kok, Shinta kan Mario."
"WHAT?WHAT DO YOU MEAN?" ia bertanya sendiri dalam hatinya lalu mulai membalas pesan Kresentia dengan hati yang menggebu " Jadi selama ini dugaan gue bener?? astagaaahhhh"
"iya, emang bener jadi waktu itu aja kan Rio bilangnya Shinta itu sahabatnya dan otomatis gue kenal dong sama Shinta tapi gue penasaran sama Rio dan Shinta jadi gue minta nomer Shinta ke temen SMP nya Shinta dan dikasihlah nomernya Shinta dan ternyata nomer Shinta sama nomor Mario itu sama"
Bergejolaklah amarah, tangisan dan rasa sedih Dian namun ia lega akhirnya ia tahu yang sebenarnya.
"OMG!! gue juga kaya gitu ti, soalnya Shinta sama Rio itu banyak banget kesamaannya dan kalau dipikir-pikir itu kaya terencana"
"ya..gitulah.. makanya lo hati-hati" Pesan Kresentia

Jadi Shinta Lesbi?? Hanya Tuhan yang tahu, Dian hanya menyayangkan perilaku Shinta yang perlahan menjerumuskannya pada hal-hal yang negatif. Dian mulai berani merokok sejak kenal Shinta, Shinta suka sekali merokok, Dian mulai mengenal obat penenang, setiap ia sedih karena selalu gagal untuk bertemu dengan Rio, Dian seperti orang yang sangat frustasi dan disitulah peran Shinta mendominasi diri Dian, Dian disarankan untuk meminum obat penenang dan ternyata obat penenang itu bukan obat penenang manusia melainkan obat penenang anjing dan Dian menjadi tergantungan dengan obat itu setiap Dian merasa frustasi dan depresi.
Banyak hal yang dia syukuri  dari kejadian ini yakni ia berhasil untuk berhenti mengkonsumsi obat penenang  dan rokok semenjak tahu yang sebenarnya dan terpenting adalah Allah masih menyayangi dan melindungi Dian dengan tidak menjadikan Dian layaknya Shinta dan segala tingkah lakunya yang dapat dibilang kurang "normal". Sampai saat ini Dian belum bisa membuka hati untuk sekedar memaafkan perilaku Shinta, begitu besar sakit hati yang dirasakan Dian, Shintapun sampai saat ini tidak pernah meminta maaf kepada Dian padahal Dian sudah "melabraknya" melalui SMS kepada Shinta. Entahlah.... Yang Dian tahu hanya satu ia  sudah terbebas dari rumitnya kisah cinta khayalannya dan menjadikan kejadian ini sebagai pengalaman yang sangat luar biasa dalam hidupnya.
"Tuhan begitu banyaknya perilaku dari makhluk yang Kau ciptakan, bukan dimaksudkan bagi kami untuk mengeluh terhadap penciptaanmu tapi kami jadi sadar dengan segala kondisi perilaku orang lain kami bisa bertahan" ~Diana~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2020 feels like...

TRIP TO JOGJA WITH INFANT (PERSIAPAN)